Melatih Kemampuan Berpikir
Siswa Gada Pratama
By: M. Syaifullah S.Ab
Pendidikan
dasar bagi calon anggota security yang wajib di ikuti melalui pendidikan dasar
yang lama pelatihan-nya 4 (empat) minggu dengan pola 232 jam pelajaran
dengan materi pelatihan antara lain : interpersonal skill, Etika
Profesi, Tupoksi dan Peranan Satpam, Kemampuan Kepolisian
Terbatas, Beladiri, pengenalan bahan peledak, barang
berharga dan latihan menembak, pengetahuan narkotika, psikotropika
dan zat adiktif, penggunaan tongkat dan borgol, PBB dan PPM.
Dalam pendidikan dan pelatihan calon anggota security di masing-masing
perusahaan jasa keamanan tentunya sudah berdasarkan ketentuan yang berlaku,
yaitu mengacu kepada pola pendidikan dasar Gada Pratama.
Kita tunda
dulu pembahasan mengenai pola pendidikan Gada Pratama, kini kita dihadapkan
kepada masalah man power rekrutment, belum cukup dengan memprioritaskan
untuk standart lulusan SMA atau sederajat dalam menjaring calon anggota,
permasalahan-pun masih dihadapkan kepada kenyataan bahwa masih banyak dari
mereka yang berusaha untuk memperoleh Ijazah SMA melalui “cara lain”.
Hal ini saya temukan dari beberapa calon pelamar yang menggunakan ijazah palsu
alias aspal, dan masih belum cukup dengan hal itu, masih terlalu banyak
ditemukan banyak penyimpangan dalam proses memperoleh ijazah SMA dengan cara
membeli dari oknum-oknum yang mengatas-namakan lembaga pendidikan. Kondisi
inilah yang perlu disingkapi tentang bagaimana merubah kualitas sumber daya
manusia yang minim, dengan memberikan pendidikan dan pelatihan dengan cara
melatih kemampuan berpikir.
Kembali
kepada masalah man power, terutama mereka (security) yang telah
mengikuti pendidikan dasar, bahwa pada kenyataanya berdasarkan hasil penilaian,
jumlah anggota security yang notabene bekerja di masing-masing
perusahaan/perkotaan, rata-rata adalah mereka yang berasal dari pedesaan
yang boleh dibilang setelah mengikuti pendidikan dasar kemudian ditempatkan
dilokasi kerja, mereka menghadapi “masa sulit” dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan kerja. Oleh karena itu untuk mencapai hasil pendidikan dan
pelatihan anggota security sesuai dengan yang diharapkan tidaklah semudah
membalikan telapak tangan, apabila sistem pendidikan dasar Gada Pratama sudah
diterapkan, tinggal-lah sekarang bagaimana memaksimalkan sistem pendidikan
tersebut secara maksimal dilapangan, dengan sumber daya manusia yang terbatas
inilah kita berusaha memaksimalkan kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk
mengurangi beban perusahaan.
Saya membuat
gambaran seperti yang dilakukan oleh para ilmuwan dari University
California, Berkeley, AS yang pernah meneliti otak tikus yang menemukan
bahwa otak tikus tumbuh sebanyak 4% pada saat mereka dipaksa secara mental
dalam mempertahankan hidup seperti membuat lubang yang sempit untuk kegiatan
mereka, bagaimana mereka memperoleh tempat tinggal dan makanan untuk
kelangsungan hidupnya. Konsepnya adalah terletak pada bagaimana mereka dapat
melatih dirinya dalam menghadapi kesulitan-kesulitan secara mental, dengan
memberdayakan otak mereka yang terbatas dengan cara melatih dengan
kebiasaan-kebiasaan hidup mereka. Saya akan lebih optimis bahwa untuk manusia
sendiri dengan dibekali kelebihan akal pikiran dan tentunya memiliki pertubuhan
otak yang jauh besar dibandingkan otak tikus. Mari kita coba menerapkan beberapa
cara dalam memaksimalkan pola pendidikan dasar dengan menerapkan latihan
pengembangan cara berpikir melalui latihan sebagai berikut :
(1)
Pertama, yaitu
melatih kemampuan mengamati lingkungan sekitar dengan memberikan latihan untuk
mengingat beberapa bagian atau benda seperti bagian pada bangunan maupun sarana
latihan. Siswa diharuskan untuk tetap selalu memperhatikan kelengkapan
barang-barang dibawa atau yang dipergunakan (koperlap) pada saat
mengikuti pelatihan, pelatih akan terus mengecek dan menekankan atas
kelengkapan (koperlap) yang dibawa atau dipakai oleh siswa, dan
dengan situasi dan kondisi apapun, siswa akan selalu mempertahankan kelengkapan
barang-barang-nya. Pola latihan tersebut akan melatih dan membiasakan siswa
didik untuk selalu memperhatikan barang, sarana atau aset perusahaan dan hal
apapun yang menjadi keharusan dalam melaksanakan tugas penjagaan, nanti-nya
setelah mereka bekerja dilapangan seperti .
(2)
Kedua, adalah
mengasah ketajaman panca indra dengan melakukan uji kepekaan melalui penciuman,
pendengaran, perabaan dan penglihatan. Dalam beberapa sesion latihan,
siswa dilatih untuk menjawab beberapa tes uji ketajaman mengenai barang atau
apa saja baik melalui tes penciuman, perasa maupun pendengaran. Pelatih
akan mencoba memberi latihan tersebut seperti siswa dalam kondisi mata ditutup,
siswa diharuskan menjawab pertanyaan mengenai sesuatu yang mereka raba, suara
yang mereka dengar dsb.
(3)
Ketiga, adalah
mengasah ingatan siswa dalam waktu yang singkat, latihan ini difungsikan untuk
melatih kemampuan otak untuk mengingat sesuatu. Dalam kegiatan pendidikan dan
latihan, masing-masing siswa akan dibagi beberapa kelompok/regu, mulai dari
penunjukan komandan regu, anggota sampai dengan jumlah anggota-anggotanya.
Sejak dimulai kegiatan pelatihan dan pertemuan yang singkat inilah, siswa
diharuskan dapat menghapalkan nama-nama rekan/siswa lainnya, selanjutnya siswa
akan berusaha mengingat dan menghapal identitas lainya, sementara itu pelatih
akan terus mengevaluasi siswa untuk selalu mengingat dan menghapal orang-orang
disekitarnya.
(4)
Keempat, yaitu
mempelajari sesuatu yang baru untuk mendapatkan rangsangan untuk berpikir.
Sejak berakhirnya masa sekolah, sampai kembali ke lingkungan asal (lingkungan
keluarga/masyarakat) dan mencoba untuk menemukan lingkungan baru di dunia
kerja, hal ini akan berpengaruh terhadap berkurangnya rangsangan dalam
berpikir. Oleh karena itu dalam pelatihan maupun bagi mereka yang sudah terjun
di lapangan, perlu adanya rangsangan untuk berpikir sehingga kerja otak akan
kembali berjalan, seperti sebuah mesin yang sempat diistirahatkan, maka dapat
berjalan kembali seperti sedia kala, disamping penyediaan bahan bakar yang
cukup, maka untuk menghidupkannya dengan cara sistem starter atau dengan
cara manual lainnya. Siswa akan dituntut untuk mempelajari sesuatu yang baru
yang gunanya adalah merangsang otak untuk berpikir seperti belajar bahasa
asing, pengenalan dasar komputer dan materi apa saja sehingga dapat bermanfaat
dan diterapkan nanti dilingkungan kerja.
(5) Kelima, melatih menggunakan tangan supaya
mengikuti petunjuk otak, latihan ini diberikan kepada siswa didik untuk
berlatih bagaimana mensinergikan antara otak/pikiran dengan bagian tubuh.
Kegiatan latihan ini dapat diberikan kepada siswa didik dengan memberikan
latihan seperti berlatih menulis yang halus, melatih mereka mengenai bagaimana
menuangkan isi pikiran mereka ke dalam sebuah tulisan yang terdiri dari
rangkaian kata-kata yang sesuai dengan yang ada dalam pikiran mereka.
(6)
Keenam, berlatih
untuk menghapalkan sesuatu yang disukai, latihan ini sebenarnya tidak terlalu
sulit karena secara motivasi, otak akan dengan sendirinya terangsang untuk
berusaha mengingat. Dalam beberapa pola latihan biasanya cara ini sudah banyak
di praktekan seperti menghapalkan yel-yel, lagu-lagu yang berhubungan
dengan masa orientasi atau latihan. Cara tersebut sepertinya bisa juga
diterapkan untuk mengingat sesuatu seperti kata-kata atau bahan-bahan penting
yang dibuatkan kedalam sebuah lirik atau lagu.
(7)
Ketujuh, melatih
untuk mengingat angka berderet. Latihan ini cukup sulit apabila diterapkan
dalam sesion latihan, akan tetapi sangat berguna dalam melatih kemampuan
berpikir. Untuk siapapun mungkin ada yang pernah mengikuti latihan seperti
latihan dasar militer atau semi militer, latihan ini cukup simple dan banyak
siswa yang cukup sulit untuk mengingatnya yaitu mengingat seri angka dari
senjata yang dipergunakan dalam latihan. Setiap siswa latihan dituntut untuk
mengingat nomor seri atas senjata yang mereka miliki, apabila lupa atau tidak
mengenalinya, maka resikonya adalah tertukar dan akan berusaha untuk menghapal
kembali nomor senjata yang sudah tertukar tersebut.